Mengapa Bank Amerika Bangkrut? Penjelasan Lengkap

by Jhon Lennon 50 views

Halo guys! Pernah dengar berita tentang bank di Amerika yang bangkrut? Pasti bikin deg-degan ya, apalagi kalau kita punya simpanan atau ada urusan sama bank tersebut. Nah, kali ini kita mau kupas tuntas nih, kenapa sih bank-bank di Amerika Serikat itu bisa bangkrut? Apakah ini fenomena yang baru terjadi, atau memang sudah sering terjadi? Dan yang paling penting, apa aja sih faktor-faktor utama yang menyebabkan keruntuhan sebuah institusi perbankan di negara adidaya ini? Yuk, kita selami lebih dalam biar kita nggak cuma tahu beritanya, tapi juga paham akar masalahnya.

Faktor utama yang sering jadi biang kerok kebangkrutan bank di Amerika adalah manajemen risiko yang buruk. Gampangnya gini, bank itu kan tugasnya ngumpulin duit dari nasabah terus diputerin lagi buat dikasih pinjaman atau diinvestasikan. Nah, kalau manajemennya nggak pinter ngatur risiko, mereka bisa salah langkah. Misalnya, mereka terlalu banyak ngasih pinjaman ke orang atau perusahaan yang berisiko tinggi nggak bisa bayar balik. Atau, mereka investasinya di aset-aset yang ternyata nilainya anjlok drastis. Ibaratnya, mereka taruhan gede banget, dan kalau kalah, ya udah, bangkrut deh.

Contoh nyata yang paling sering disebut adalah krisis finansial tahun 2008. Waktu itu, banyak bank yang ngasih pinjaman KPR (Kredit Pemilikan Rumah) ke orang-orang yang sebenarnya nggak mampu bayar cicilan. Kenapa bisa gitu? Karena ada produk keuangan yang namanya subprime mortgage. Nah, bank-bank ini ngira aman aja karena mereka bisa bungkus utang-utang ini jadi produk investasi lain yang dijual ke investor. Tapi, pas pasar properti anjlok, banyak orang nggak bisa bayar KPR, utang macet numpuk, nilai investasi jadi nggak jelas, dan akhirnya banyak bank yang kolaps. Ini contoh klasik gimana manajemen risiko yang sembrono bisa berakibat fatal, guys. Jadi, manajemen risiko yang buruk itu bukan cuma sekadar istilah teknis, tapi nyawa dari sebuah bank. Kalau ini berantakan, ya siap-siap aja lihat banknya terkapar.

Selain manajemen risiko yang buruk, ada juga nih faktor eksternal yang nggak kalah penting, yaitu kondisi ekonomi makro yang tidak stabil. Bayangin aja, kalau lagi resesi, orang-orang pada kehilangan pekerjaan, perusahaan pada gulung tikar. Otomatis, kemampuan bayar utang mereka jadi menurun drastis. Bank yang tadinya ngasih pinjaman jadi nggak kebagian duit balik. Kalau masalah ini terjadi secara masif, wah, bisa bikin satu atau bahkan banyak bank goyang.

Contohnya lagi nih, pas pandemi COVID-19 kemarin. Banyak bisnis yang terpaksa tutup, banyak orang yang kehilangan pendapatan. Bank-bank yang punya banyak eksposur ke sektor-sektor yang terdampak parah, seperti pariwisata atau ritel, otomatis merasakan dampaknya. Kalau pemerintah nggak turun tangan ngasih stimulus atau jaring pengaman, bisa-bisa makin banyak bank yang kesulitan. Jadi, kondisi ekonomi makro yang tidak stabil itu ibarat badai yang bisa menghancurkan kapal sebagus apapun, termasuk kapal bank. Nggak peduli sekuat apa fondasinya, kalau diterjang badai terus-terusan, ya lama-lama bisa tenggelam juga.

Terus, jangan lupakan juga peran dari regulasi pemerintah dan pengawasan yang lemah. Bank itu kan bisnis yang diawasi ketat banget, tujuannya biar aman buat nasabah dan sistem keuangan secara keseluruhan. Nah, kalau aturan mainnya longgar atau pengawasannya nggak efektif, bank bisa seenaknya aja melakukan hal-hal yang berisiko tinggi. Ibarat main bola, kalau wasitnya nggak tegas, pemain bisa seenaknya pelanggaran. Lama-lama, pertandingan jadi kacau balau.

Di Amerika Serikat, kadang ada periode di mana regulasi perbankan itu dilonggarkan. Tujuannya mungkin biar bisnis perbankan lebih lincah, tapi efek sampingnya bisa jadi bank jadi terlalu agresif dalam mengambil risiko. Terus, kalau lembaga pengawasnya nggak punya gigi, atau malah terpengaruh sama industri yang diawasinya, ya bisa kecolongan. Contohnya, sebelum krisis 2008, ada perdebatan soal apakah lembaga pengawas sudah cukup kuat untuk mengawasi produk-produk keuangan yang kompleks dan berisiko tinggi. Hasilnya? Kita tahu sendiri lah, krisis besar terjadi. Jadi, regulasi pemerintah dan pengawasan yang lemah itu seperti membiarkan harimau lepas dari kandangnya. Bisa bikin kekacauan di mana-mana.

Selain itu, ada juga faktor internal yang sering terabaikan, yaitu penipuan dan praktik ilegal. Nggak bisa dipungkiri, guys, di dunia mana pun pasti ada aja oknum yang memanfaatkan posisinya untuk keuntungan pribadi dengan cara yang nggak bener. Di bank, ini bisa berupa manipulasi laporan keuangan, penggelapan dana, atau skema ponzi. Kalau praktik ini dibiarkan merajalela dan nggak ketahuan, pasti bakal runtuh juga pada akhirnya.

Contoh kasus penipuan di bank itu lumayan banyak. Ada yang melibatkan manajemen puncak, ada juga yang dilakukan oleh oknum karyawan biasa. Intinya, mereka berusaha menutupi kerugian atau memanipulasi keuntungan agar bank terlihat sehat padahal aslinya lagi sekarat. Ujung-ujungnya, ketika kebenaran terungkap, kepercayaan publik hilang, nasabah pada panik narik duit, dan bank pun nggak kuat menahan guncangan. Jadi, penipuan dan praktik ilegal ini adalah racun tersembunyi yang bisa menghancurkan bank dari dalam. Kudu banget diawasi ketat dan dihukum tuntas.

Terakhir, tapi nggak kalah penting, adalah penarikan dana besar-besaran oleh nasabah (bank run). Ini seringkali jadi pemicu akhir kebangkrutan bank. Kalau nasabah udah nggak percaya sama banknya gara-gara ada berita miring atau isu kesulitan likuiditas, mereka bakal buru-buru narik semua duitnya. Nah, bank kan nggak nyimpen semua duit nasabah dalam bentuk tunai. Sebagian besar diputerin buat pinjaman atau investasi. Kalau semua nasabah minta duitnya balik barengan, bank nggak akan punya cukup uang tunai buat bayar. Akhirnya, bank pun dipaksa tutup. Fenomena penarikan dana besar-besaran oleh nasabah ini kadang jadi bola salju yang makin lama makin besar, berawal dari sedikit rumor tapi bisa jadi bencana beneran.

Jadi, guys, kebangkrutan bank itu bukan cuma karena satu sebab, tapi biasanya kombinasi dari beberapa faktor di atas. Mulai dari manajemen internal yang payah, kondisi ekonomi yang lagi nggak bersahabat, regulasi yang longgar, sampai tindakan ilegal oknum-oknum yang nggak bertanggung jawab. Penting banget buat kita, sebagai nasabah, untuk selalu update informasi dan paham kondisi bank tempat kita menyimpan uang. Semoga penjelasan ini bikin kita makin melek ya soal dunia perbankan. Sampai jumpa di artikel berikutnya!